Kecemasan, penyesalan, kekecewaan, adalah
pikiran-pikiran negatif yang sering mengganggu kebahagiaan kita.
Ternyata, cara ampuh untuk terbebas dari semua itu adalah dengan
membiarkan diri kita menikmati saat ini.
Dengarkan saja kepanikan Tami tentang tingginya biaya sekolah anak, ”Wah, kemarin aku dengar seorang ibu yang baru memasukkan anaknya ke SMP, uang masuknya 18 juta! Ya ampun! Kalau sepuluh tahun lagi perlu berapa puluh juta ya?” Tami langsung merisaukan biaya sekolah sepuluh tahun ke depan, karena anaknya kini baru berusia dua tahun.
Pastinya bukan hanya masalah biaya pendidikan anak yang dapat membuat kita cemas. Mulai dari hubungan keluarga, karir dan pekerjaan; semua hal yang berhubungan dengan masa depan dan masa lalu bisa membuat kita kehilangan rasa bahagia. Tak heran jika B. Alan Wallace, PhD, President of the Santa Barbara Institute for Consciousness Studies, seorang dosen dan penulis di bidang Budhism, filosofi, dan meditasi mengatakan, ”Kita memang hidup dalam dunia yang memiliki beragam cara untuk mengganggu ketenangan.”
Manusia dan monkey mind
Monkey mind
begitulah kaum Budhis mengistilahkan pikiran manusia yang terus
melompat-lompat, seperti seekor monyet yang berpindah dari satu pohon
ke pohon lainnya.
Masa lalu dan masa depan
Nikmatilah saat ini dan berhenti berpikir!
Sementara
itu, menurut Suryani, jika kita bisa sejenak saja merasakan keadaan
saat ini dan mensyukuri apa yang diperoleh hari ini, maka rasa bahagia
bisa dirasakan.
Hal
ini sudah dibuktikan oleh Stephen Schueller, seorang psikolog di
University of Pennsylvania. Dalam penelitiannya, Schueller meminta
subjek penelitian menikmati sesuatu yang biasanya mereka lakukan sambil
terburu-buru. Misalnya, saat sarapan pagi, minum secangkir teh di sore
hari, atau saat berjalan menuju tempat pemberhentian bus. Penelitian
tersebut menemukan bahwa orang yang bisa menikmati hidupnya saat ini
ternyata merasa lebih bahagia, lebih menikmati hidup, dan dipenuhi
berbagai perasaan positif lainnya. Mereka juga lebih sedikit
menunjukkan gejala-gejala depresi.
Mengapa
menikmati hidup saat ini membuat kita lebih bahagia? Menurut Schueller,
ketika kita fokus pada aktivitas kita saat ini, maka secara tidak sadar
kita berhenti berpikir terlalu keras.
Bayangkan
saja bagaimana jadinya jika saat Anda sedang berlatih menari atau
berdansa, pikiran Anda sibuk memerhatikan apa yang harus dilakukan oleh
kaki, tangan, bahu, panggul, sekaligus mengingat gerakan yang harus
Anda lakukan pada detik berikutnya. Pasti, gerakan Anda justru akan
kelihatan kaku, atau malah kacau balau.
Jadi,
berpikir tak selalu membuat segala yang Anda lakukan jadi lebih baik,
bukan? Karena itulah, Schueller mengatakan, ”Jangan terlalu banyak
berpikir. Singkirkan semua bentuk evaluasi terhadap diri sendiri, dan
jangan biarkan diri Anda terjebak dalam kekalutan pikiran serta
kekhawatiran. Biarkan saja segala sesuatu terjadi seperti apa adanya.
Salah
satu bentuk latihan untuk berhenti berpikir yang ditawarkan Jay Dixit,
seorang penulis bidang psikologi, bisa langsung kita coba, ”Bayangkan
Anda adalah seorang pengamat. Biarkan diri Anda melihat, mendengar,
atau mencium segala sesuatu yang ada di sekitar Anda saat ini. Tapi,
jangan pedulikan apakah yang Anda lihat bagus atau jelek, apakah yang
Anda rasakan menyenangkan atau tidak. Jangan memberi penilaian. Katakan
saja, ’sekarang, sekarang, sekarang.’”
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !