Mendengarkan, bukanlah pekerjaan sulit. Kita sering
melakukannya di manapun, baik saat bersama saudara, anak, suami/istri,
teman, orangtua, bahkan orang yang baru saja kita kenal. Tapi tahukah
Anda bahwa mendengarkan, jika dilakukan dengan benar, ternyat
Mau
tahu rahasia kesuksesan seorang psikolog? Simaklah ilustrasi ini.
Seorang klien (bahasa kedokterannya pasien) dengan wajah tegang datang
ke ruang praktik seorang psikolog, lalu duduk dengan resah sambil
meremas-remas tangan. Selama beberapa menit berlangsung tanya-jawab
ringan, seperti ”Langsung dari rumah?”, ”Lama menunggu?”, ”Bagaimana
di jalan, lancar?”.Dan, setelah klien tampak agak tenang, psikolog bertanya, ”Apa yang bisa saya bantu?” Klien pun mulai mengungkapkan masalahnya, mula-mula agak tersendat-sendat, tetapi kemudian makin lancar, dan tanpa terasa satu jam sudah ia mengungkapkan unek-uneknya.
Apa yang dilakukan psikolog? Ia hanya duduk, menatap orang yang sedang berbicara dengan tubuh agak condong ke depan, serta menampilkan dirinya sebagai pribadi yang tenang, ramah, dan santai. Sekali-sekali ia berkomentar ”Oh”, ”Kemudian?”, ”Lalu?”, ”Maksudnya?”, atau ”Bagaimana perasaan Anda?” yang diucapkan dengan penuh perhatian.
Pada akhir pertemuan, psikolog hanya meringkas apa yang diungkapkan klien dan menetapkan waktu untuk pertemuan berikutnya. Lalu, klien dengan wajah berseri, menjabat tangan sambil mengatakan, ”Terima kasih, saya merasa plong” dan tak lupa pula…. membayar sang psikolog. Nasihat manjur apa yang diberikan sehingga terjadi perubahan pada diri klien yang semula tegang menjadi berseri wajahnya, menjadi plong? Sama sekali tak ada nasihat! Yang terjadi adalah psikolog melakukan active listening (mendengarkan secara aktif).
Active listening
Mendengar (hearing) berbeda dengan menyimak (listening),
walaupun keduanya sama-sama menggunakan telinga. Contohnya, kalau kita
sedang makan malam bersama keluarga di sebuah restoran dan ada seorang
penyanyi yang sedang melantunkan sebuah lagu diiringi musik jazz
di panggung, apakah kita mendengar nyanyian dan musik itu? Tentu saja
mendengar, tetapi karena sedang bercakap-cakap sambil menikmati makanan
lezat, kita tidak dapat menyimak alunan lagu dan musiknya.
Jadi, listening adalah mendengar dengan penuh perhatian dan berusaha turut menghayati apa yang didengarnya. Bagaimana dengan active listening yang biasa dilakukan dalam konsultasi psikologi seperti contoh tadi? Tentu saja intensitasnya harus lebih tinggi karena active listening
adalah kesediaan dan kemampuan serta keterampilan untuk mendengarkan
orang lain dengan sengaja dan penuh perhatian, sehingga maksud si
pembicara dapat dipahami, dan perasaan-perasaannya dapat diketahui dan
dihayati.
Menerapkan prinsip SOLER
Active listening
terungkap juga secara non verbal, antara lain lewat posisi tubuh yang
menunjukkan perhatian seperti dirumuskan dalam SOLER, yaitu:
- S: Face the other person squarely (hadapi lawan bicara dengan tatap muka, tidak menyamping, apalagi membelakanginya)
- O: Keep an open posture (tangan terbuka, tidak terlipat di dada, masuk ke kantong, atau bertolak pinggang).
- L: Lean towards the other person (condongkan tubuh sedikit, kira-kira 15 derajat ke arah lawan bicara Anda)
- E: Keep eye contact (tatap mata lawan bicara, tidak langsung pada bola matanya, tetapi di dahi, sedikit di atas alis. Dan, bukan terus-menerus dipelototi).
- R: Be relaxed, please. (santai, ramah, dan dengan wajah yang jernih. Jangan mendengarkan orang lain sambil bekerja atau menelepon). Apakah boleh tersenyum? Tentu saja boleh ikut tersenyum, asal di saat orang itu merasa lucu dengan ceritanya sendiri. Jangan tersenyum saat ia menceritakan kesedihannya.





0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !