Tinta Isi Ulang Ternyata Lebih Mahal - Kokar WIKA
Headlines News :
Home » , » Tinta Isi Ulang Ternyata Lebih Mahal

Tinta Isi Ulang Ternyata Lebih Mahal

Written By Ining Pamuji Atmi on Selasa, 13 Juli 2010 | Selasa, Juli 13, 2010

Bisnis toner dan cartridge bekas (remanufaktur) sedang menggeliat akhir-akhir ini. Munculnya lapak-lapak di tepi-tepi jalan dan berbagai iklan baris membuktikan bahwa permintaan terhadap produk semacam itu begitu tinggi.

Di sisi lain, bisnis jasa isi ulang toner juga tak kalah hangatnya. Penamaannya pun bermacam-macam dan ia menyebar sebagai sebuah bisnis waralaba.

Fenomena ini rupanya telah menarik perhatian Hewlett-Packard, vendor printer dan cartridge toner. Toner dan cartridge buatan perusahaan ini termasuk banyak yang diremanufaktur.

Dengan menggandeng QualityLogic, sebuah perusahaan riset independen dari Eropa, perusahaan ini ingin membuktikan bahwa penggunaan cartridge remanufaktur atau toner isi ulang tak lebih ekonomis ketimbang produk asli.

Temuannya memang menarik. Meski biaya toner isi ulang maupun cartridge remanufaktur lebih murah, ternyata nilai ongkos totalnya lebih mahal 31 persen ketimbang pemakaian toner dan cartridge asli.

QualityLogic melakukan survei pada kegiatan percetakan di 2.500 perusahaan skala kecil dan menengah di kawasan Asia Pasifik. Termasuk di antaranya Indonesia, meski tak disebutkan.

"Tujuannya sederhana, kami ingin tahu apa dampak pencetakan dengan toner asli dan tidak terhadap total cost of ownership (TCO)," kata Adrian Lesmono, Market Development Manager After Market Supplies Business HP Indonesia.

QualityLogic melakukan riset dengan cartridge toner HP 10A dan HP 42A pada printer HP Laser Jet 2300 dan Laser Jet 4350. Mereka membandingkannya dengan tiga merek cartridge toner remanufaktur yang dijual di pasaran.

Inilah hasilnya. Dari sudut keandalan, satu dari empat toner remanufaktur menunjukkan kegagalan kinerja. Sebesar 9,7 persen di antaranya gagal prematur (dead on arrival) dan 15,3 persen di antaranya menghasilkan 50 persen cetakan yang mengecewakan atau malah tak bisa digunakan.

Produk asli sendiri memang tak begitu sempurna. Adrian menyebutkan cartridge asli juga bermasalah dengan persentase 2,8 persen. "Tapi, kalau dibandingkan dengan produk remanufaktur, perbandingannya jauh sekali," katanya.

Dari sudut kualitas cetak halaman, satu dari tiga halaman cetak pada cartridge remanufaktur berkualitas tidak layak. Sebanyak 25,3 persen hanya untuk penggunaan internal, 3,8 persen tak layak didistribusikan ke pihak eksternal, dan 1 persen sama sekali tak bisa digunakan.

Hitung-hitungan ongkos total kepemilikannya sebagai berikut. Toner asli HP berdaya cetak 10 ribu lembar dibanderol US$ 70, sedangkan remanufaktur (dengan daya sama) hanya sebesar US$ 30. Keduanya dipasang pada printer dengan kemampuan cetak 160.118 halaman per tahun.

Hasilnya, selama setahun toner HP membutuhkan penggantian sebanyak 0,29 kali sedangkan remanufaktur 1,84 kali. Harga penggantiannya adalah US$ 1.140 untuk HP asli dan US$ 535 untuk remanufaktur. Di sini memang terlihat toner asli lebih mahal.

Namun, ongkos tenaga manusia untuk mendiagnosis, memperbaiki, dan mencetak ulang toner asli hanya US$ 173 sedangkan remanufaktur sebesar US$ 1.107. Lantaran kerap terjadi pencetakan ulang, ongkos kertas pada remanufaktur membengkak sebesar US$ 92, sedangkan HP original sebesar US$ 12.

Penjual toner remanufaktur juga membebani ongkos dukungan servis sebesar US$ 2. Sedangkan HP tak membebani ongkos apa pun.

Setelah dibandingkan, hasil akhirnya adalah ongkos pencetakan per tahun dengan cartridge HP asli mencapai US$ 1.325. Sedangkan cartridge remanufaktur membutuhkan US$ 1.736. Perbedaannya sebesar 31 persen.

"Ini mematahkan mitos bahwa memakai cartridge remanufaktur lebih murah," kata Adrian. "Faktanya, pada awalnya memang murah tapi pada akhirnya jatuh-jatuhnya lebih mahal juga," kata Adrian.

Di sisi lain, Adrian menambahkan, cartridge remanufaktur tidak akan menghasilkan kualitas pencetakan (baik monokrom maupun warna) yang sama dengan cartridge asli. Di samping itu, cartridge remanufaktur juga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada printer apabila terjadi kebocoran.

Adrian juga membantah anggapan bahwa cartridge remanufaktur ramah lingkungan. "Menggunakan kembali (reuse) dan mendaur ulang itu tidak sama," kata dia. "Pada akhirnya cartridge pakai ulang harus dibuang karena ada batas masa pemakaiannya. Sedangkan cartridge asli akan kami daur ulang."

Salah satu perusahaan besar yang pernah pemakaian toner isi ulang adalah PT Frisian Flag Indonesia. "Alasannya efisiensi, kami memakai selama setahun pada 2007," kata Rini Eko Susanti, Office Building Officer perusahaan itu.

Pada perjalanannya, pemakaian toner isi ulang ternyata tak menghasilkan kualitas cetak yang sempurna. "Hasil print out mbleber," ujar Rini. "Akhirnya kami putuskan kembali ke produk asli, kebetulan ada best price dan belakangan limbahnya diambil secara periodik."


  DbClix 


 

TEMPO Interaktif
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | kokar wika Template | kokar Template
Proudly powered by kokar wika
Copyright © 2011. Kokar WIKA - All Rights Reserved
Template Design by Safetyk3 Website Published by Kokar Template