Banyak orang yang menganggap bahwa dengan membeli tinta isi ulang (refill) mereka bisa menghemat pengeluaran dalam urusan cetak-mencetak. Yang lebih berbahaya, anggapan ini juga meluas sampai ke segmen perusahaan. Atas nama ‘efisiensi’, pemegang keputusan pada perusahaan sering kali mendesak personil IT mereka untuk menggunakan tinta ataupun toner remanufaktur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari perusahaan.
“Pada awalnya, memang tidak ada masalah yang muncul, semua berjalan normal,” kata Rini Eko Susanti, Office Building Officer PT Frisian Flag Indonesia, pada sebuah workshop seputar penggunaan tinta remanufakur di Jakarta, 29 Juli 2009. “Belakangan, setelah beberapa waktu berjalan, mulai muncul masalah pada print out. Hasil cetakan meleber, kualitas cetak tidak solid, akhirnya terpaksa harus mencetak ulang. Cetakan sebelumnya jadi tidak terpakai, dan itu merupakan pemborosan tersendiri,” ucapnya.
Penghematan biaya sampai sebesar 50 persen lebih yang didapat di awal ternyata tidak berguna, karena hasil cetakan yang tidak bagus mempengaruhi kinerja perusahaan. “Karyawan yang ingin membuat laporan atau menyiapkan presentasi jadi susah,” kata Rini. “Ini tentu mengganggu operasional. Padahal di industri kami, ketajaman warna, apalagi pada kemasan produk merupakan faktor yang penting,” ucapnya.
Menurut Adrian Lesmono, Product Manager Supplies, HP Indonesia, cartridge ataupun toner remanufaktur memang lebih murah harganya dibandingkan cartridge atau toner asli dari HP. Meski begitu, kalau dihitung lebih lanjut, sebenarnya menggunakan tinta asli jauh lebih murah untuk jangka panjang.
“Sebagai contoh, toner asli, sesuai dengan standar ISO misalnya mampu mencetak hingga 10 ribu lembar, sementara tinta remanufaktur, untuk mencetak sebanyak jumlah yang sama, mungkin dibutuhkan dua atau tiga buah toner,” ucap Adrian. “Akhirnya, ongkos yang dikeluarkan pengguna untuk mencetak dalam jumlah tersebut menjadi lebih mahal, belum lagi waktu yang diperlukan untuk bolak-balik membeli toner tersebut ke toko. Murah tidak berarti hemat,” ucapnya.
Di luaran, memang banyak produsen tinta ataupun toner refill yang menawarkan jasa isi ulang dengan kualitas yang bagus. Akan tetapi, dengan membongkar pasang cartridge ataupun toner, maka kualitasnya akan menurun. “Bila awalnya mampu mencetak hingga 10 ribu lembar, setelah isi ulang kemampuan cetaknya maksimal hanya 9 ribu, misalnya. Dan itu turus menurun seiring dengan seringnya cartridge atau toner tersebut dibongkar pasang,” ucap Adrian.
Masalah lain yang sering muncul misalnya, tinta atau toner kompatibel kadang memang tidak bermasalah ketika mencetak hingga 5 ribu lembar. Tetapi di atas itu, mulai muncul masalah. “Hasil cetakan mulai kabur, akurasi warna berkurang kualitasnya, sampai akhirnya hasil cetakan tidak bisa digunakan. Bahkan pada akhirnya sampai merusak printer,” kata Rini. “Ujung-ujungnya, efisiensi yang diharapkan oleh perusahaan menjadi tidak terealisir. Ini yang membuat manajemen kami memutuskan untuk kembali menggunakan cartridge dan toner asli,” ucapnya.
![](http://www.linkbucks.com/tmpl/mint/img/468_60link_bucks.gif)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !